KEMISKINAN DI INDONESIA
( FENOMENA & FAKTA )
I.
ABSTRAK
Kemiskinan yang merupakan sebuah fenomena dan
fakta yang terjadi di negara Indonesia, sebuah masalah yang sejak dulu hingga
sekarang masih juga belum bisa teratasi baik oleh pemerintah pusat maupun oleh
pemerintah daerah. Kemiskinan seakan menjadi momok yang mengerikan dan terus
merongrong keadaan ekonomi masyarakat. Hal ini sudah seharusnya menjadi sebuah
cerminan tersendiri bagi pemerintah indonesia untuk dapat terus berusaha dan
berupaya mengatasi permasalahan tersebut. Benar memang Berbagai upaya telah
dilakukan oleh pemerintah untuk menanggulangi atau mengatasi masalah
kemiskinan, akan tetapi tetap saja permasalahan kemiskinan belum dapat
teratasi. Banyak hal yang menjadi faktor penyebab kemiskinan diantaranya : SDA,
SDM, Pendidikan, Lapangan Pekerjaan, dan masih banyak lagi faktor-faktor lain
yang menyebabkan timbulnya masalah kemiskinan. secara teoritis kemiskinan
dikatakan sebagai sebuah fenomena dimana taraf hidup masyarakat didalam sebuah
negara masih sangat memprihatinkan (rendah), dimana masyarakat tidak mampu
memenuhi kebutuhan hidup yang selayaknya.
II.
PENDAHULUAN
2.1. Latar Belakang Masalah
Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh
pemerintah/negara indonesia adalah kemiskinan, dewasa ini pemerintah belum
mampu menghadapi atau menyelesaikan permasalahan tersebut, padahal setiap
mereka yang memimpin Negara Indonesia selalu membawa kemiskinan sebagai misi
utama mereka disamping misi-misi yang lain.
Remi dan Tjiptoherijanto (2002:1), mengatakan bahwa upaya menurunkan
tingkat kemiskinan telah dimulai awal tahun 1970-an diantaranya melalui program
Bimbingan Masyarakat (Bimas) dan Bantuan Desa (Bandes). Tetapi upaya tersebut
mengalami tahapan jenuh pada pertengahan tahun 1980-an, yang juga berarti upaya
penurunan kemiskinan di tahun 1970-an tidak maksimal, sehingga jumlah orang
miskin pada awal 1990-an kembali naik. Disamping itu kecenderungan
ketidakmerataan pendapatan melebar yang mencakup antar sektor, antar kelompok,
dan ketidakmerataan antar wilayah.
Kondisi kemiskinan Indonesia semakin parah akibat krisis ekonomi
pada tahun 1998. Namun ketika pertumbuhan ekonomi yang sempat menurun akibat
krisis dapat teratasi dan dapat dipulihkan, kemiskinan tetap saja sulit untuk
ditanggulangi. Pada tahun 1999, 27% dari total penduduk Indonesia berada
dalam kemiskinan. Sebanyak 33,9% penduduk desa dan 16,4% penduduk kota adalah
orang miskin. Krisnamurthi dalam Nyayu Neti Arianti, dkk, (2004:3).
Salah satu prasyarat keberhasilan pengentasan
kemiskinan adalah dengan cara mengidentifikasi kelompok sasaran dan wilayah
sasaran dengan tepat. Program pengentasan dan pemulihan nasib orang miskin
tergantung dari langkah awal yaitu ketetapan mengidentifikasi siapa yang
dikatakan miskin dan di mana dia berada. Aspek di mana “si miskin” dapat
ditelusuri melalui si miskin itu sendiri serta melalui pendekatan-pendekatan
profil wilayah atau karakter geografis.
pada masa kepemimpinan SBY pemerintah
indonesia juga meluncurkan program penanggulangan kemiskinan seperti BLT
(Bantuan Langsung Tunai), KUR (Kredit Usaha Rakyat), pengembangan UMKM, PNPM
Mandiri, dan masih banyak program-program lainnya, akan tetapi belum mampu
mementaskan masyarakat indonesia dari jurang kemiskinan yang semakin hari
semakin menyiksa dan menganiaya. Keadaan ini sudah seharusnya menjadi sebuah
evaluasi diri bagi pemerintah untuk dapat terus merencanakan serta mengambil
sebuah kebijakan yang dapat membawa indonesia keluar dari jurang kemiskinan.
Tidak penulis pungkiri memang, bahwa usaha pemerintah dalam penanggulangan
masalah kemiskinan sangatlah serius, bahkan merupakan salah satu program
prioritas akan tetapi hasilnya belum cukup memuaskan.
Permasalahan kemiskinan merupakan permasalahan yang kompleks dan
bersifat multidimensional, Oleh karena itu, upaya pengentasan kemiskinan harus
dilakukan secara komprehensif, mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat,
dan dilaksanakan secara terpadu (M. Nasir, dkk, dalam Adit Agus Prastyo, 2010:18).
Dalam upaya penanggulangan kemiskinan ada dua
strategi utama yang harus ditempuh oleh pemerintah. Pertama, melindungi
keluarga dan kelompok masyarakat miskin melalui pemenuhan kebutuhan pokok
mereka. Kedua, memberdayakan mereka agar mempunyai kemampuan untuk melakukan
usaha dan mencegah terjadinya kemiskinan baru.
Faktor mendasar yang menyebabkan kemiskinan diantaranya: SDM, SDA,
Sistem, dan juga tidak terlepas dari sosok pemimpin, sehingga dimensi tersebut
sangat berkaitan antara satu dengan yang lainnya.
Kemiskinan terjadi karena kemampuan masyarakat pelaku ekonomi tidak
sama, sehingga terdapat masyarakat yang tidak dapat ikut serta dalam proses
pembangunan atau menikmati hasil-hasil pembangunan. Soegijoko, (1997:137). Dengan kata lain yang kaya semakin kaya
dan yang miskin semakin menderita.
III. PEMBAHASAN
3.1.
Konsep Dasar
Kemiskinan
adalah keadaan dimana terjadi ketidak mampuan masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian , tempat berlindung, pendidikan, dan
kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan
dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Sebagian orang
memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya
melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya
dari sudut ilmiah yang telah mapan. kemiskinan dapat juga dikatakan sebagai
suatu standar tingkat hidup yang rendah yaitu adanya tingkat kekurangan materi
pada sejumlah atau golongan orang dibandingkan dengan standar kehidupan yang
umum berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Standar kehidupan yang rendah
ini secara langsung tampak pengaruhnya terhadap tingkat keadaan kesehatan
kehidupan moral, dan rasa harga diri dari mereka yang tergolong sebagai orang
miskin.
Dalam kamus ilmiah
populer, kata “Miskin” mengandung arti tidak berharta (harta yang ada tidak
mencukupi kebutuhan) atau bokek. Adapun kata “fakir” diartikan sebagai orang
yang sangat miskin. Secara Etimologi makna yang terkandung yaitu bahwa
kemiskinan sarat dengan masalah konsumsi. Hal ini bermula sejak masa neo-klasik
di mana kemiskinan hanya dilihat dari interaksi negatif (ketidak seimbangan)
antara pekerja dan upah yang diperoleh.
3.2.
Kemiskinan Di Indonesia, fenomena Dan Fakta
permasalahan yang harus dihadapi dan diselesaikan oleh pemerintah indonesia
saat ini adalah kemiskinan, disamping masalah-masalah yang lainnya. dewasa ini
pemerintah belum mampu menghadapi atau menyelesaikan permasalahan kemiskinan.
Menurut Remi dan Tjiptoherijanto
(2002:1) upaya menurunkan tingkat kemiskinan di Indonesia telah
dimulai awal tahun 1970-an diantaranya melalui program Bimbingan Masyarakat
(Bimas) dan Bantuan Desa (Bandes). Tetapi upaya tersebut mengalami tahapan
jenuh pada pertengahan tahun 1980-an, yang juga berarti upaya penurunan
kemiskinan di tahun 1970-an tidak maksimal, sehingga jumlah orang miskin pada
awal 1990-an kembali naik. Disamping itu kecenderungan ketidakmerataan
pendapatan nasional melebar yang mencakup antar sektor, antar kelompok, dan
ketidakmerataan antar wilayah.
berdasarkan
data Bank Dunia jumlah penduduk miskin Indonesia pada tahun 2002 bukanlah 10
sampai 20% tetapi telah mencapai 60% dari jumlah penduduk Indonesia yang
berjumlah 215 juta jiwa.
Hal ini
diakibatkan oleh ketidakmampuan mengakses sumber-sumber permodalan, juga karena
infrastruktur yang juga belum mendukung untuk dimanfaatkan masyarakat
memperbaiki kehidupannya, selain itu juga karna SDM, SDA, Sistem, dan juga
tidak terlepas dari sosok pemimpin. Kemiskinan harus diakui memang terus menjadi
masalah fenomenal sepanjang sejarah Indonesia sebagai negara bangsa, bahkan
hampir seluruh energi dihabiskan hanya untuk mengurus persoalan kemiskinan.
Yang menjadi pertanyaan sekarang ini adalah, mengapa masalah kemiskinan seakan
tak pernah habis, sehingga di negara ini, rasanya tidak ada persoalan yang
lebih besar, selain persoalan kemiskinan. Kemiskinan telah membuat jutaan
anak-anak tidak bisa mengenyam pendidikan yang berkualitas, kesulitan membiayai
kesehatan, kurangnya tabungan dan tidak adanya investasi, kurangnya akses ke
pelayanan publik, kurangnya lapangan pekerjaan, kurangnya jaminan sosial dan
perlindungan terhadap keluarga, menguatnya arus perpindahan dari desa ke kota
dengan tujuan memperbaiki kehidupan, dan yang lebih parah, kemiskinan menyebabkan
jutaan rakyat memenuhi kebutuhan pangan, sandang dan papan secara terbatas.
Kemiskinan menyebabkan masyarakat desa rela mengorbankan apa saja demi
keselamatan hidup, kemiskinan menyebabkan banyak orang melakukan prilaku
menyimpang, harga diri diperjual belikan hanya untuk mendapatkan makan. Si
Miskin rela mempertaruhkan tenaga fisik untuk memproduksi keuntungan bagi
mereka yang memiliki uang dan memegang kendali atas sektor perekonomian lokal
dan menerima upah yang tidak sepadan dengan biaya tenaga yang dikeluarkan. Para
buruh bekerja sepanjang hari, tetapi mereka menerima upah yang sangat sedikit.
Bahkan yang lebih parah, kemiskinan telah membuat masyarakat kita terjebak
dalam budaya memalas, budaya mengemis, dan menggantungkan harapannya dari budi
baik pemerintah melalui pemberian bantuan. kemiskinan juga dapat meningkatkan
angka kriminalitas, kenapa penulis mengatakan bahwa kemiskinan dapat
meningkatkan angka kriminalitas, jawabannya adalah karna mereka (simiskin) akan
rela melakukan apa saja untuk dapat mempertahankan hidupnya, baik itu mencuri,
membunuh, mencopet, bahkan jika ada hal yang lebih keji dari itu ia akan tega
dan berani melakukannya demi hidupnya. Kalau sudah seperti ini siapa yang harus
kita salahkan. kemiskinan seakan menjadi sebuah fenomena atau sebuah persoalan
yang tak ada habis-habisnya, pemerintah terkesan tidak serius dalam menangani
persoalan kemiskinan, pemerintah lebih membiarkan mereka mengemis dan mencuri
ketimbang memikirkan cara untuk menanggulangi dan mengurangi tingkat kemiskinan
dan membebaskan Negara dari para pengemis jalanan karna kemiskinan.
3.3.
Perkembangan Tingkat Kemiskinan di Indonesia
- tahun
1976 sampai 2007.
jumlah
penduduk miskin di Indonesia pada periode 1976-2007 berfluktuasi dari tahun ke
tahun. Pada tahun 1976 penduduk miskin sekitar 54,2 juta jiwa (sekitar 44,2
juta jiwa di perdesaan, dan sekitar 10 juta jiwa di perkotaan). Angka ini pada
tahun 1980 berkurang hingga menjadi sekitar 42,3 juta jiwa (sekitar 32,8 juta
jiwa di perkotaan, dan sekitar 9,5 juta jiwa di perdesaan), atau berkurang
sekitar 21,95 persen dari tahun 1976. Pada tahun 1990 jumlah penduduk miskin
berkurang hingga menjadi sekitar 27,2 juta jiwa (sekitar 17,8 juta jiwa di
perkotaan, dan sekitar 9,4 juta jiwa di perdesaan), atau berkurang sekitar
35,69 persen dari tahun 1980. Pada tahun 1996 jumlah penduduk miskin mengalami
kenaikan hingga mencapai sekitar 34,5 juta jiwa (sekitar 24,9 juta jiwa di
perkotaan, dan sekitar 9,6 juta jiwa di perdesaan). Dibandingkan dengan tahun
1990, angka ini menurun sekitar 20,87 persen. Namun, pada tahun 2002 jumlah
penduduk miskin kembali meningkat hingga menjadi sekitar 38,4 juta jiwa.
Sementara, pada tahun 2007 jumlah penduduk miskin menurun hingga menjadi
sekitar 37.17 juta jiwa. Fluktuasi jumlah penduduk miskin di Indonesia
disebabkan karena terjadinya krisis ekonomi, pertambahan jumlah penduduk tiap
tahun, pengaruh kebijakan pemerintah dan sebagainya.(Badan Pusat Statistik).
- Tahun
2007–Maret 2008
Analisis
tren tingkat kemiskinan antara kondisi Maret 2007 dan Maret 2008 dimaksudkan
untuk mengetahui perubahan tingkat kemiskinan selama setahun terakhir. Garis
kemiskinan pada periode Maret 2007-Maret 2008 mengalami peningkatan sebesar
9,56 persen, yaitu dari Rp.166.697,- per kapita per bulan pada Maret 2007
menjadi Rp.182.636,- per kapita per bulan pada Maret 2008. Hal yang sama
juga terjadi di perkotaan dan di perdesaan masing-masing meningkat sebesar 9,02
persen dan 10,21 persen. Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan Maret
2008 sebesar 34,96 juta orang (15,42 persen). Dibandingkan dengan penduduk
miskin pada Maret 2007 yang berjumlah 37,17 juta (16,58 persen), berarti jumlah
penduduk miskin turun sebesar 2,21 juta (Tabel 4.3). Jumlah penduduk miskin di
daerah perdesaan turun lebih tajam dari pada daerah perkotaan. Selama periode
Maret 2007-Maret 2008, penduduk miskin di daerah perdesaan berkurang 1,42 juta,
sementara di daerah perkotaan berkurang 0,79 juta orang. Persentase penduduk
miskin antara daerah perkotaan dan perdesaan tidak banyak berubah. Pada bulan
Maret 2007, sebagian besar (63,52 persen) penduduk miskin berada di daerah
perdesaan, sementara pada bulan Maret 2008 persentase ini hampir sama yaitu 63,47
persen.(Badan Pusat Statistik).
3.4.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemiskinan menurut para Ahli.
Setiap
permasalahan timbul pasti karna ada faktor yang mengiringinya yang menyebabkan
timbulnya sebuah permasalahan, begitu juga dengan masalah kemiskinan yang
dihadapi oleh negara indonesia. Beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya
kemiskinan menurut Hartomo dan Aziz dalam Dadan
Hudyana (2009:28-29) yaitu :
1).
Pendidikan yang Terlampau Rendah
Tingkat pendidikan
yang rendah menyebabkan seseorang kurang mempunyai keterampilan tertentu yang
diperlukan dalam kehidupannya. Keterbatasan pendidikan atau keterampilan yang
dimiliki seseorang menyebabkan keterbatasan kemampuan seseorang untuk masuk
dalam dunia kerja.
2).
Malas Bekerja
Adanya sikap malas
(bersikap pasif atau bersandar pada nasib) menyebabkan seseorang bersikap acuh
tak acuh dan tidak bergairah untuk bekerja.
3).
Keterbatasan Sumber Alam
Suatu masyarakat
akan dilanda kemiskinan apabila sumber alamnya tidak lagi memberikan keuntungan
bagi kehidupan mereka. Hal ini sering dikatakan masyarakat itu miskin karena
sumberdaya alamnya miskin.
4).
Terbatasnya Lapangan Kerja
Keterbatasan
lapangan kerja akan membawa konsekuensi kemiskinan bagi masyarakat. Secara
ideal seseorang harus mampu menciptakan lapangan kerja baru sedangkan secara
faktual hal tersebut sangat kecil kemungkinanya bagi masyarakat miskin karena
keterbatasan modal dan keterampilan.
5).
Keterbatasan Modal
Seseorang miskin
sebab mereka tidak mempunyai modal untuk melengkapi alat maupun bahan dalam
rangka menerapkan keterampilan yang mereka miliki dengan suatu tujuan untuk
memperoleh penghasilan.
6).
Beban Keluarga
Seseorang yang
mempunyai anggota keluarga banyak apabila tidak diimbangi dengan usaha
peningakatan pendapatan akan menimbulkan kemiskinan karena semakin banyak
anggota keluarga akan semakin meningkat tuntutan atau beban untuk hidup yang
harus dipenuhi.
Suryadiningrat dalam Dadan
Hudayana (2009:30), juga mengemukakan bahwa kemiskinan pada hakikatnya
disebabkan oleh kurangnya komitmen manusia terhadap norma dan nilai-nilai
kebenaran ajaran agama, kejujuran dan keadilan. Hal ini mengakibatkan
terjadinya penganiayaan manusia terhadap diri sendiri dan terhadap orang lain.
Penganiayaan manusia terhadap diri sendiri tercermin dari adanya :
1) keengganan
bekerja dan berusaha,
2) kebodohan,
3) motivasi
rendah,
4) tidak memiliki
rencana jangka panjang,
5) budaya
kemiskinan, dan
6) pemahaman
keliru terhadap kemiskinan.
Sedangkan
penganiayaan terhadap orang lain terlihat dari ketidakmampuan seseorang bekerja
dan berusaha akibat :
1) ketidakpedulian
orang mampu kepada orang yang memerlukan atau orang tidak mampu dan
2) kebijakan yang
tidak memihak kepada orang miskin.
Kartasasmita dalam Rahmawati
(2006:4) mengemukakan bahwa, kondisi kemiskinan dapat disebabkan oleh
sekurang-kurangnya empat penyebab, diantaranya yaitu :
1. Rendahnya
Taraf Pendidikan
Taraf pendidikan
yang rendah mengakibatkan kemampuan pengembangan diri terbatas dan meyebabkan
sempitnya lapangan kerja yang dapat dimasuki. Taraf pendidikan yang rendah juga
membatasi kemampuan seseorang untuk mencari dan memanfaatkan peluang.
2. Rendahnya
Derajat Kesehatan
Taraf kesehatan
dan gizi yang rendah menyebabkan rendahnya daya tahan fisik, daya pikir dan
prakarsa.
3. Terbatasnya
Lapangan Kerja
Selain kondisi
kemiskinan dan kesehatan yang rendah, kemiskinan juga diperberat oleh
terbatasnya lapangan pekerjaan. Selama ada lapangan kerja atau kegiatan usaha,
selama itu pula ada harapan untuk memutuskan lingkaran kemiskinan.
4. Kondisi
Keterisolasian
Banyak penduduk
miskin secara ekonomi tidak berdaya karena terpencil dan terisolasi. Mereka
hidup terpencil sehingga sulit atau tidak dapat terjangkau oleh pelayanan
pendidikan, kesehatan dan gerak kemajuan yang dinikmati masyarakat lainnya.
Nasikun dalam Suryawati
(2005:5) menyoroti beberapa sumber dan proses penyebab terjadinya
kemiskinan, yaitu :
1) Pelestarian
Proses Kemiskinan Proses pemiskinan yang dilestarikan, direproduksi melalui
pelaksanaan suatu kebijakan diantaranya adalah kebijakan anti kemiskinan,
tetapi realitanya justru melestarikan.
2)
Pola Produksi Kolonial
Negara ekskoloni
mengalami kemiskinan karena pola produksi kolonial, yaitu petani menjadi
marjinal karena tanah yang paling subur dikuasai petani skala besar dan berorientasi
ekspor.
3)
Manajemen Sumber Daya Alam dan Lingkungan
Adanya unsur
manajemen sumber daya alam dan lingkungan, seperti manajemen pertanian yang
asal tebang akan menurunkan produktivitas.
4)
Kemiskinan Terjadi Karena Siklus Alam.
Misalnya tinggal
di lahan kritis, dimana lahan ini jika turun hujan akan terjadi banjir tetapi
jika musim kemarau akan kekurangan air, sehingga tidak memungkinkan
produktivitas yang maksimal dan terus-menerus.
5)
Peminggiran Kaum Perempuan
Dalam hal ini
perempuan masih dianggap sebagai golongan kelas kedua, sehingga akses dan
penghargaan hasil kerja yang diberikan lebih rendah dari laki-laki.
6)
Faktor Budaya dan Etnik
Bekerjanya faktor
budaya dan etnik yang memelihara kemiskinan seperti, pola hidup konsumtif pada
petani dan nelayan ketika panen raya, serta adat istiadat yang konsumtif saat
upacara adat atau keagamaan.
IV. KESIMPULAN
Permasalahan kemiskinan merupakan permasalahan yang kompleks dan bersifat
multidimensional. Oleh karena itu, upaya pengentasan kemiskinan harus dilakukan
secara komprehensif, mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat, dan
dilaksanakan secara terpadu. Kemiskinan harus menjadi sebuah tujuan utama dari
penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi oleh negara Indonesia, karna aspek dasar
yang dapat dijadikan acuan keberhassilan pembangunan ekonomi adalah teratasinya
masalah kemiskinan. Pemerintah indonesia harus terus memberdayakan dan membina
masyarakat miskin untuk dapat mengelola sumber-sumber Ekonomi yang dapat
meningkatkan pendapatan dan taraf hidup masyarakat. Ada beberapa faktor yang
dapat menyebabkan timbulnya masalah kemiskinan, diantaranya, SDM yang rendah,
SDA yang tidak dikelolah dengan baik dan benar, pendidikan yang rendah, tidak
memiliki pengetahuan untuk mengembangkan sektor-sektor perekonomian baik itu
dibidang pertanian maupun dibidang perindustrian, dan masih banyak lagi
faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya permasalahan kemiskinan sebagaimana
yang penulis jelaskan diatas.